Jumat, 02 Juli 2010

ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN

A. Organisasi

1. Pengertian
Secara bahasa organisasi berasal dari kata “organization” yang berati “perkumpulan”
Secara istilah organisasi adalah sekumpulan orang yang terdiri dari pemimpin dan anggota ysng bersatu dalam sebuah wadah, mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama serta mempunyai aturan-aturan yang di sepakati bersama

2. Komponen dan Faktor-faktor Pembantuk O rganisasi
  1. Adanya sekelompok orang
  2. Berkumpul dalam sebuah wadah
  3. Adanya tujuan bersama yang ingin di capai
  4. Adanya aturan dan pembagian kerja
  5. Mempunyai pemimpin dan anggota
3. Azas –azas Organisasi
  1. Kesatuan komando (direct of command)
  2. Pembagian Kerja (job descripon)
  3. Loyalitas Organisai (esprit de corps)
  4. Fungsi manajemen
  5. Kesamaan Tujuan (direct of goal)
  6. Aturan yang Jelas (order of law)
  7. Komunikasi Interpersonal
  8. Kerjasama Jaringan (relationship networking)
  9. Pengetahuan dan kecakapan Tertentu (skiil)
  10. Profesionalisme Kerja dan Ethos
  11. Pendanaan yang cukup (fundrising)

4. Contoh dan Jenis Organisasi
1. Organisasi Pemerintahan, adalah organisasi yang dibentuk oleh pemerintah, misalnya :
- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
- Komisi Penanggulangan Bencana (KPB)
- Badan Narkotika Nasional (BNN), dll.
2. Organisasi non pemerintah (Non Goverment Organiztion) adalah organisasi yang di bentuk masyarakat secara independen.Misalnya:
- Yayasan swasta
- Partai politik
- Organisasi masa (NU, Muhammadiyah, Al Irsyad, Masyumi, dll)
- Organisasi profesi (Serikat Buruh ,Ikatan Dokter Indonesia, dll)
- Organisasi ekonomi, Firma , CV , PT , Bank, Koperasi,dll)
- Organisasi intra sekolah (OSIS, PMR, IPNU, IPPNU, IRM, Pramuka, dll)
3. Organisasi bawah tanah, adalah organisasi yang secara formal tidak terlihat akan tetapi dalam realitasnya ada, misalnya :
- Sindikat-sindikat (Perjudian, Perdagangan Anak, Prostitusi, Narkoba, dll)
- Organisasi politik dan keagamaan (Nazisme, Marxisme, Sekte-sekte keagamaan, dll)

5. Manfaat Organisasi
Organisasi mempunyai manfaat secara bersama/kolektif maupun secara individu.
Manfaat kolektif :
1. Efektivitas dan efisiensi tujuan
Contoh : Kemerdekaan Indonesia lebih cepat dicapai setelah lahirnya organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Nahdllatul Ulama, Muhammadiyah, Taman Siswa, dll.
2. Terbentuknya ukhuwah/persaudaraan sesama anggota organisasi.
3. Memungkinkan partisipasi eksternal yang lebih luas.
4. Adanya jaminan perlindungan hukum dan HAM yang lebih aman dalam menjalankan fungsi organisasi.
5. Memungkinkan adanya kerjasama yang saling menguntungkan antar organisasi.

Manfaat Individu :
  1. Dapat membentuk karakter pribadi dan mentalitas yang lebih baik.
  2. Meningkatkan skill/ kemampuan profesional,
  3. misalnya : administrasi, public speaking, dll.
  4. Melatih kepekaan sosial dan kebersamaan dalam kelompok.
  5. Melatih kemampuan kerjasama, manajemen, pengambilan keputusan, penanganan konflik, dll.
  6. Pergaulan dan kesempatan yang lebih luas karena mempunyai banyak jaringan (relasi).

B. LEADERSHIP
1. Pengertian
Adalah suatu sikap tertentu atau keahlian khusus mengenai hubungan interpersonal (antar individu) untuk mengelola, memberdayakan dan mengarahkann seluruh komponen serta sumber daya organisasi menuju pada tujuan atau cita-cita bersama yang diinginkan. Oleh karena itu, kepemimpinan merupakan suatu proses dan seni dalam berhubungan dengan sesama manusia.

Kepemimpinan dapat kita jumpai dalam kehidupan seehari-hari seperti, kepemimpinan dalam rumah tangga, di dalam kelas, lingkungan masyarakat, partai politik, organisasi masa, dll.

2. Tugas dan Fungsi Pemimpin
  1. Perencana
  2. Organisator
  3. Koordinator
  4. Dinamisator
  5. Motivator
  6. Supervisor
  7. Pengambil Keputusan
  8. Penanggungjawab

3. Jenis Kepemimpinan
a. Kepemimpinan Struktural (Formal)
Contoh : Presiden, Lurah, Ketua IPNU, dll.
b. Kepemimpinan Kultural
Contoh : Ulama, Ketua Adat, Pemimpin Genk, Korlap Demo, Juru Kampanye, dll.

4. Aspek Kepemimpinan dalam Organisasi
a. Aspek Internal
Kemampuan pemimpin dalam memahami kondisi organisassi secara utuh dan menyeluruh (komprehenshif). Meliputi antara lain :
• Memahami tujuan organisasi
• Memahami struktur/mekanisme kerja organisasi
• Memahami peraturan organisasi
• Mampu memetakan dan menyelesaikan konflik dan persoalan secara sistematis
• Mampu menciptakan iklim kerja yang kondusif dan memberikan motivasi pada anggotanya.

b. Aspek Eksternal
Adalah kemampuan pemimpin untuk memahami perkembangan kontemporer baik dalam skala global, nasional, regional maupun lokal dan mampu beradaptasi terhadap perubahan serta memelihara/mengakomodasi kepentingan semua basis pendukungnya, masyarakat, anggota, stake holder, relasi maupun jaringan yang secara langsung maupun tidak langsung terpengaruh terhadap organisasi yang dipimpinnya. Sehingga pemimpin harus mempunyai kecakapan dan kemampuan:
1) Komunikasi, lobi dan diplomasi yang baik dengan pihak-pihak pendukung (stake holder).
2) Komunikasi massa, komunikasi publik dan komunikasi media yang baik.
3) Mobilitas atau daya jelajah yang baik dengan wilayah kerjanya.

5. Tipe Kepemimpinan
  1. Tipe Otokratis. Tipe kepemimpinan dengan kekuasaan tak terbatas/absolut, Contoh : Kerajaan (monarkhi absolut), rezim militer (misal : Rezim Nazi Hitler).
  2. Tipe Oligarkis. Tipe kepemimpinan persekutuan/koalisi para pemimpin. Misal : Pemerintah Triumphirat pada zaman Romawi terdiri dari Oktavianus, Marc Anthony dan Brutus.
  3. Tipe Aristokratis. Tipe kepemimpinan yang berorientasi pada golongan profesional. Misal : politikus, teknokrat, akademisi, pengusaha, dll.
  4. Tipe Demokratis. Tipe kepemimpinan berdasarkan pada mekanisme dan partisipasi rakyat atau anggota.
  5. Tipe Paternalis. Tipe kepemimpinan yang bersifat kharismatis.Biasanya dijumpai pada model kepemimipinan kultural. Misal : Pemuka Agama, Ketua Adat, Pemimipin Organisasi masa, dll.

6. Sifat Pemimpin menurut Islam
Sifat pemimipin menurut Islam minimal memenuhi empat kriteria sebagai berikut :
  1. Amanah (Dapat Dipercaya)
  2. Tabligh (Komunikatif)
  3. Fathonah (Berintelektual)
  4. Sidiq (Benar/ Jujur).
Read more "ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN..."

PRINSIP PERJUANGAN IPNU (P2 IPNU)

I.MUKADIMAH
Manusia adalah hamba Allah (Abdullah) dan sekaligus pemimpin (khalifatullah fil ardh). Sebagai hamba, kewajibanya adalah beribadah, mengabdi kepada Allah SWT, menjalankan semua perintahNya dan menjauhi segala laranganNya. Sebagai khalifah, tugasnya adalah meneruskan risalah kenabian, yakni mengelola bumi dan seisinya. Keduanya terkait, tidak terpisah, dan saling menunjang. Mencapai salah satunya, dengan mengabaikan yang lain adalah kemustahilan. Keduanya juga terkait oleh konteks kesejarahan yang senantiasa bergeser. Inilah amanah suci setiap insan.
Dalam Al-Qur’an ditegaskan, makna manusia sebagai khalifah memiliki dimensi sosial (horizontal), yakni mengenal alam (QS 2:31), memikirkannya (QS 2:164) dan memanfaatkan alam dan isinya demi kebaikan dan ketinggian derajat manusia sendiri (QS 11 : 61). Sedangkan fungsi manusia sebagai hamba Allah memiliki dimensi Illahiyah (vertical), yaitu mempertangungjawabkan segala perbuatan dan ucapannya dihadapan Allah SWT.
Risalah ini sudah dimulai sejak dahulu kala, sejak nabi Muhamad SAW memperkenalkan perjuangan suci yang mengubah peradaban gelap menuju peradaban yang tercerahkan. Tugas suci yang mulia ini telah dilaksanakan para pejuang dan para leluhur kita, yang menjawab tantangan zamannya, sesuai dengan dinamika zamannya. Sekarang, setelah sekian lama abad risalah tersebut berjalan, manusia dihadapkan oleh tantangan baru. Zaman telah bergeser. Seiring dengan itu juga terjadi pergeseran tantangan zaman. Tugas untuk menjawab tantangan ini jelas bukan tanggungjawab generasi terdahulu, melinkan tugas generasi sekarang.
Tantangan tersebut berada dalam tingkatan inetrnasional, nasional dan lokal. Tantangan tersebut mencakup ranah keagamaan, politik, ekonomi, sosial, budaya hingga pendidikan. Perkembangan sosial yang pesat dalam berbagai dataran tersebut tidak identik dengan naiknya derajat peradaban manusia. Sebaliknya, berbagai ketidakadilan sosial menyelimuti kehidupan kita. Karenaya, perjuangan keislaman dan konteks kebangsaan Indonesia senantiasa bergulir setiap waktu, tidak pernah usai. Saat ini, tantangan itu begitu nyata, kesinambungan dan meluas. Sebagai generasi pelajar yang mewarisi ruh perjuangan panjang di negeri ini, IPNU terpanggil untuk memberikan yang terbaik bagi tanah air tercinta. Bagi IPNU, hal ini adalah tugas suci dan kehormatan yang diamanahkan oleh Allah SWT.
Cita-cita perjuangan dan tantangan sosial tersebut mendorong IPNU untuk merumuskan konsepsi ideologis (pandangan hidup yang diyakininya) berupa prinsip perjuangan IPNU sebagai landasan berfikir, analisis, bertindak, berperilaku, dan berorganisasi. Prinsip Perjuangan IPNU adalah perwujudan dari tugas profetik (kenabian) dalam konteks IPNU.

II.LANDASAN HISTORIS
1.Kondisi IPNU Fase Pendirian dan Dinamika Perubahan
IPNU yang lahir pada tanggal 24 Februari 1954 M, bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1373 H, hingga menjelang kongres X tahun 1998 mempunyai kepanjangan “Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama“. Sesuai dengan namanya, maka dalam rentan waktu tersebut, pembinaan IPNU tertuju hanya pada pelajar-pelajar NU yang masih muda dan duduk di bangku sekolah. Basis IPNU berada dilingkungan sekolah milik NU.
Perubahan zaman, situasi, dan kondisi, telah mempengaruhi perkembangan organisasi. Hal ini menuntut para pengurus IPNU untuk tanggap dan kritis terhadap perkembangan tersebut. Dari sinilah kongres X IPNU akhirnya berhasil menetapkan Deklarasi Jombang tentang perubahan nama menjadi “Ikatan Putera Nahdlatul Ulama”. Dengan perubahan nama tersebut, perubahan dalam berbagai sektor pun tidak dapat dielakan. Pembinaan IPNU tidak lagi hanya terbatas hanya pada warga NU yang bersetatus pelajar, melainkan mencakup semua Putera NU.

2.Kondisi IPNU Sebelum Khittah
IPNU merupakan ujung tombak kaderisasi Nahdlatul Ulama. Namun kenyataannya tak sesuai harapan. Keperkasaan IPNU sebagai kader pelajar NU dari berbagai disiplin ilmu pada akhirnya tidak dapat dipertahankan, sehingga berbagai program yang telah digariskan oleh garis perjuangan dan strategi gagal diterapkan secara tuntas. Hal ini terjadi karena berbagai persolalan mendasar, sehingga kader-kader NU yang sangat besar jumlahnya harus gugur perlahan tanpa sempat berkembang dan mewujudkan kemampuan yang dimilikinya. Salah satu akar dari kondisi tersebut, selain kondisi dari tubuh IPNU yang belum memiliki sistem yang kuat, terkait erat dengan organisasi induknya NU, yang pada saat itu terbawa arus politik. Arus politik yang begitu besar menyebabkan perhatian dan penguatan terhadap umat menjadi melemah dan terbengkalai. Situasi inilah yang membuat iklim tidak sehat bagi organisasi, sehingga banyak yang jera terhadapnya. Pada sisi lain tekanan politik terhadap NU memaksa kader IPNU harus memakai baju dan simbol lain dalam pergaulannya di masyarakat.

3.Kondisi IPNU Setelah Khittah
Perkembangan IPNU pasca-Khittah NU 1926 dan Kongres Jombang sangat menggembirakan. Khittah NU telah menciptakan Iklim yang mendukung bagi perkembangan organisasi dan pemberdayaan masyarakat. Hai ini ditandai dengan semaraknya kegiatan NU dan badan-badan otonomnya, termasuk IPNU. Usaha memperteguh organisasi, pengetahuan, dan pandangan hidup, dilakukan terus-menerus untuk meningkatkan mutu organisasi. Sebagai badan otonom NU, IPNU aktif melakukan kegiatan-kegiatan antara lain penataan organisasi, kaderisasi, dan pengembangan rintisan kerja sama dengan berbagai pihak. Namun demikian, disadari hal-hal tersebut belum tercapai dengan sempurna.

4.Kondisi IPNU era Reformasi
Di era reformasi, IPNU dituntut melangkah lebih cepat ditengah arus perubahan yang tidak menentu, ditengah iklim pragmatisme sesaat dalam berpolitik, dan kebebasan yang tidak terkendali. Pada era ini muncul kesadaran bersama untuk mengembalikan IPNU pda garis kelahirannya, yaitu kembali ke basis pelajar yang telah ditinggalkan. Kesadaran ini diperkuat dengan munculnya deklarasi Makassar pada kongres IPNU XIII di Makassar
Pilihan ini mendorong IPNU untuk kembali pada tujuan semula. Sebab disadari bahwa ternyata selama ini IPNU belum banyak memberikan kontribusi bagi kader, masyarakat, dan Negara. Disadari pula bahwa pelajar (siswa dan Santri) sebagai kader yang memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan, selama ini belum mendapatkan perhatian dan pendampingan yang optimal. Kembali ke basis (sekolah dan pesantren) menjadi sesuatu yang tidak dapat ditunda.
Landasan kesejarahan diatas menjadi titik pijak yang sangat penting bagi IPNU untuk melakukan kerja-kerja kulturalnya. Semakin banyak tantangan yang dihadapi mestilah semakin matang bangunan paradigma organisasinya. Berdasarkan lanscap historis diatas dan penguatan paradigma gerakan IPNU, maka dirasa mendesak adanya suatu rumusan Prinsip Perjuangan IPNU yang menjadi pijakan paradigmatik IPNU.



III.LANDASAN BERFIKIR
Sebagaimana ditetapkan dalam khittah 1926, Aswaja (ahlussunnah wal jamaah) adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak bagi warga Nahdliyin. Sikap dasar itu yang menjadi watak IPNU, dengan watak keislamannya yang mendalam dan dengan citra keindonesiaannya yang matang.

1.Cara Berfikir
Cara berfikr menurut IPNU sebagai manifestasi ahlussunah wal jama’ah adalah cara berfikir teratur dan runtut dengan memadukan antara dalil naqli (yang berdasar Al-Qur’an dan Hadits) dengan dalil aqli (yang berbasis pada akal budi) dan dalil waqi’I (yang berbasis pengalaman). Karena itu, disini IPNU menolak cara berfikir yang berlandaskan pada akal budi semata, sebagaimana yang dikembangkan kelompok pemikir bebas (liberal thingkers) dan kebenaran mutlak ilmu pengetahuan dan pengalaman sebagaimana yang dikembangkan kelompok pemikir materialis (paham kebenaran). Demikian juga IPNU menolak pemahaman zahir (lahir) dan kelompok tekstual (literal), karena tidak memungkinkan memahami agama dan kenyataan sosial secara mendalam.

2.Cara Bersikap
IPNU Memandang dunia sebagai kenyataan yang beragam. Karena itu keberagaman diterima sebagai kenyataan. Namun itu juga bersikap aktif yakni menjaga dan mempertahankan kemajemukan tersebut agar harmonis (selaras), saling mengenal (lita’arofu) dan memperkaya secara budaya, sikap moderat (selalu mengambil jalan tengah) dan menghargai perbedaan menjadi semangat utama dalam mengelola kemajemukan tersebut. Dengan demikian IPNU juga menolak semua sikap yang mengganggu keanekaragaman atau keberagaman budaya tersebut. Pluralitas, dalam pandangan IPNU harus diterima sebagai kenyataan sejarah.

3.Cara Bertindak
Dalam bertidak, Aswaja mengakui adanya kehendak Allah (taqdir) tetapi Aswaja juga mengakui bahwa Allah telah mengkaruniai manusia pikiran dan kehendak. Karena itu dalam bertindak, IPNU tidak bersikap menerima begitu saja dan menyerahkan kepada nasib dalam menghadapi kehendak Allah, tetapi berusaha untuk mencapai taqdir Allah dengan istilah kasab (usaha). Namun demikian, tidak harus berarti bersikap antroposentris (mendewakan manusia), bahwa manusia bebas berkehendak. Tindakan manusia tidak perlu dibatasi dengan ketat, karena akan dibatasi oleh alam dan sejarah. Sementara Allah tidak dibatasi oleh factor-faktor itu. Dengan demikian IPNU tidak memilih mejadi sekuler, melainkan sebuah proses pergerakan iman yang mengejawantah dalam seluruh aspek kehidupan.

IV.LANDASAN BERSIKAP
Semua kader IPNU dalam menjalankan kegiatan pribadi dan berorganisasi harus tetap memegang teguh nilai-nilai yang diusung dari norma dasar keagamaan islam ala ahlussunnah wal jama’ah dan norma yang bersumber dari masyarakat. Landasan nilai ini diharapkan dapat membentuk watak diri seorang kader IPNU. Nilai-nilai tersebut adalah :

1.Diniyyah/Keagamaan
a.Tauhid (al-tauhid) merupakan keyakinan yang kokoh terhadap Allah SWT. Sebagai sumber inspirasi berfikir dan bertindak
b.Persaudaraan dan persatuan (al-ukhuwwah wa al-ittihad) dengan mengedepankan sikap mengasihi (welas asih) sesame makhluk.
c.Keluhuran moral (al-akhlak al-karimah) dengan menjunjung tinggi kebenaran dan kejujuran (al-shidqu). Bentuk kebenaran dan kejujuran yang dipahami :
1)Al-shidqu il Allah. Sebagai pribadi yang beriman selalu melandasi diri dengan perilaku benar dan jujur, karena setiap tindakan senantiasa dilihat Sang Khalik.
2)Al-shidqu ila ummah. Sebagai makhluk sosial dituntut untuk memiliki kesalehan sosial, jujur dan benar kepada masyarakat dengan senantiasa melakukan pencerahan terhadap masyarakat
3)Al-shidqu ila al-nafsi, jujur dan benar kepada diri sendiri merupakan sikap perbaikan diri dengan semangat peningkatan kualitas diri.
4)Amar ma’ruf nahy munkar. Sikap untuk selalu menyerukan kebaikan dan mencegah segala bentuk kemungkaran.

2.Keilmuan, Prestasi, dan Kepeloporan
a.Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan teknologi dengan semangat peningkatan kualitas SDM IPNU dan menghargai para ahli dan sumber pengetahuan secara proporsional.
b.Menjunjung tinggi nilai-nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bahan dari ibadah kepada Allah SWT.
c.Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan mempercepat perkembangan masyarakat.

3.Sosial Kemasyarakatan
a.Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara dengan semangat mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.
b.Selalu bersikap mempelopori setiap perubahan yang membawa manfaat bagi kemaslahatan manusia.

4.Keikhlasan dan Loyalitas
a.Menjunjung tinggi keikhlasan dalam berkhidmah dan berjuang.
b.Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa, dan Negara dengan melakukan ikhtiar perjuangan di bawah naungan IPNU.

V.LANDASAN BERORGANISASI
1.Ukhuwwah
Sebuah gerakan mengandalkan sebuah kebersamaan, karena itu perlu diikat dengan ukhuwwah (persaudaraan) atau solidaritas (perasaan setia kawan) yang kuat (al urwah al-wustqo) sebagai perekat gerakan. Adapun gerakan ukhuwah IPNU meliputi :
a.Ukhuwwah Nahdliyyah
Sebagai gerakan yang berbasis NU, ukhuwwah nahdliyyah harus menjadi prinsip utama sebelum melangkah ke ukhuwah yang lain. Ini bukan untuk memupuk sektarianisme, melainkan sebaliknya sebagai pengokoh ukhuwawah yang lain, sebab hanya kaum nahdliyyin yang mempunyai sistem pemahaman keagamaan yang mendalam dan bercorak sufistik yang moderat dan selalu menghargai perbedaan serta gigih menjaga kemajemukan budaya, tradisi, kepercayaan dan agama yang ada.
Kader IPNU yang mengabaikan ukhuwwah nahdliyah adalah sebuah penyimpangan. Sebab ukhuwah tanpa dasar aqidah yang kuat akan mudah pudar karena tanpa dasar dan sering dicurangi dan dibelokkan untuk kepentingan pribadi. Ukhuwah nahdliyah berperan sebagai landasan ukhuwwah yang lain. Karena ukhuwwah bukanlah tanggapan yang bersifat serta merta, melainkan sebuah keyakinan , penghayatan, dan pandangan yang utuh serta matang yang secara terus menerus perlu dikuatkan.
b.Ukhuwwah Islamiyyah
Ukhuwwah Islamiyah mempunyai ruang lingkup lebih luas yang melintasi aliran dan madzhab dalam Islam. Oleh sebab itu ukhuwah ini harus dilandasi dengan kejujuran, cinta kasih, dan rasa saling percaya. Tanpa landasan tersebut ukhuwwah Islamiyah sering diselewengkan oleh kelompok tertentu untuk menguasai yang lain. Relasi semacam itu harus ditolak, sehingga harus dikembangkan ukhuwwah Islamiyyah yang jujur dan amanah serta adil.
Ukhuwwah Islamiyyah dijalankan untuk kesejahteraan umat Islam serta tidak diarahkan untuk mengganggu ketentraman agama atau pihak yang lain. Dengan ukhuwah Islamiyah yang adil itu umat Islam Indonesia dan seluruh dunia bisa saling mengembangkan, menghormati, melindungi serta membela dari gangguan kelompok lain yang membahayakan keberadaan iman, budaya dan masyarakat Islam secara keseluruhan.
c.Ukhuwawah Wathaniyyah
Sebagai organisasi yang berwawasan kebangsaan, maka IPNU berkewajiban untuk mengembangkan dan menjaga ukuwwah wathoniyah (solidaritas nasional). Dalam kenyataannya bangsa ini tidak hanya terdiri dari berbagai warna kulit, agama dan budaya, tetapi juga mempunyai berbagai pandangan hidup.
IPNU yang lahir dari akar budaya ini, tidak pernah mengalami ketegangan dengan konsep kebangsaan yang ada. Sebab keislaman IPNU adalah bentuk dari Islam Indonesia (Islam yang berkembang dan melebur dengan tradisi dan budaya Indonesia); bukan Islam di Indonesia (Islam yang baru datang dan tidak berakar dalam budaya Indonesia).
Karena itu IPNU berkewajiban turut mengembangkan ukhuwah wathaniyah untuk menjaga kerukunan nasional. Karena dengan adanya ukhuwah wathaniyah ini keberadaan NU, umat Islam dan agama lain terjaga. Bila seluruh bagian bangsa ini kuat, maka akan disegani bangsa lain dan mampu menahan penjajahan dalam bentuk apapun dari bangsa lain. Dalam kerangka kepentingan itulah IPNU selalu gigih menegakkan nasionalisme sebagai upaya menjaga keutuhan dan menjunjung martabat bangsa Indonesia.
d.Ukhuwwah Basyariyyah
Walaupun NU memegang teguh prinsip ukhuwwah nahdliyyah, Islamiyah dan wathaniyah, namun NU tidak berpandangan dan berukhuwah sempit. NU tetap menjunjung solidaritas kemanusiaan seluruh dunia, menolak pemerasan dan penjajahan (imperialism dan neo imperialism) satu bangsa atas bangsa lainnya karena hal itu mengingkari martabat kemanusiaan. Bagi IPNU, penciptaan tata dunia yang adil tanpa penindasan dan penghisapan merupakan keniscayaan. Menggunakan isu kemanusiaan sebagai sarana penjajahan merupakan tindakan yang harus dicegah agar tidak meruntuhkan martabat kemanusiaan.
Ukhuwwah basyariyah memandang manusia sebagai manusia, tidak tersekat oleh tembok agama, warna kulit atau pandangan hidup; semua ada dalam satu persaudaraan dunia. Persaudaraan ini tidak bersifat pasif (diam ditempat), tetapi selalu giat membuat inisiatif (berikhtiar) dan menciptakan terobosan baru dengan berusaha menciptakan tata dunia baru yang lebih adil, beradab dan terbebas dari penjajahan dalam bentuk apapun.

2.Amanah
Dalam kehidupan yang bersifat duniawi (kebendaan), sikap amanah mendapat tantangan besar yang harus terus dipertahankan. Sikap amanah (saling percaya) ditumbuhkan dengan membangun kejujuran, baik pada diri sendiri maupun pihak lain. Sikap tidak jujur akan menodai prinsip amanah, karena itu pelakunya harus dikenai sanksi organisasi secara tegas. Amanah sebagai ruh gerakan harus terus dipertahankan , dibiasakan dan diwariskan secara turun temurun dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

3.Ibadah (Pengabdian)
Berjuang dalam NU untuk masyarakat dan bangsa haruslah berangkat dari semangat pengabdian, baik mengabdi pada IPNU, umat, bangsa dan seluruh umat manusia. Dengan demikian mengabdi di IPNU bukan untuk mencari penghasilan, pengaruh atau jabatan, melainkan merupakan ibadah yang mulia. Dengan semangat pengabdian itu setiap kader akan gigih dan ikhlas membangun dan memajukan IPNU. Tanpa semangat pengabdian, IPNU hanya dijadikan tempat mencari kehidupan, menjadi batu loncatan untuk memperoleh kepentingan pribadi atau golongan.
Lemahnya organisasi dan gerakan IPNU selama ini terjadi karena pudarnya jiwa pengabdian para pengurusnya. Pengalaman tersebut sudah semestinya dijadikan pijakan untuk membarui gerakan organisasi dengan memperkokoh jiwa pengabdian para pengurus dan kadernya. Semangat pengabdian itulah yang pada gilirannya akan membuat gerakan dan kerja-kerja peradaban IPNU akan semakin dinamis dan nyata.

4.Asketik (Kesederhanaan)
Sikap amanah dan pengabdian muncul bila seseorang memiliki jiwa asketik (bersifat zuhud/sederhana). Karena pada dasarnya sikap materialistik (hubbub al-dunya) akan menggerogoti sikap amanah dan akan merapuhkan semangat pengabdian, karena dipenuhi pamrih duniawi. Maka, sikap zuhud adalah suatu keharusan bagi aktivis IPNU. Sikap ini bukan berarti anti duniawi atau anti kemajuan, akan tetapi menempuh hidup sederhana, tahu batas, tahu kepantasan sebagaimana diajarkan oleh para shalafus sholihin. Dengan sikap asketik itu keutuhan dan kemurnian perjuangan IPNU akan terjaga, sehingga kekuatan moral yang dimiliki bisa digunakan untuk menata bangsa ini.
5.Non-kolaborasi
Landasan organisasi non kolaborasi harus ditegaskan kembali, mengingat dewasa ini banyak lembaga yang didukung oleh pemodal asing yang menawarkan berbagai dana dan jasa yang tujuannya bukan untuk memandirikan, melainkan untuk menciptakan ketergantungan dan pengaburan terhadap khittah serta prinsip-prinsip gerakan NU secara umum, melalui campur tangan dan pemaksaan ide dan agenda mereka. Karena itu untuk menjaga kemndirian, maka IPNU harus menolak untuk berkolaborasi (bekerja sama) dengan kekuatan pemodal asing baik secara akademik, politik, maupun ekonomi. Selanjutnya kader-kader IPNU berkewajiban membangun paradigma (kerangka) keilmuan sendiri, sistem politik dan sistem ekonomi sendiri yang berakar pada budaya sejarah bangsa nusantara sendiri.

6.Komitmen pada Korp
Untuk menerapkan prinsip-prinsip serta menggerakkan roda organisasi, maka perlu adanya kesetiaan dan kekompakkan dalam korps (himpunan) organisasi. Karena itu seluruh anggota korp harus secara bulat menerima keyakinan utama yang menjadi pandangan hidup dan seluruh prinsip organisasi. Demikian juga pemimpin, tidak hanya cukup menerima idiologi dan prinsip gerakan semata, tetapi harus menjadi pelopor, teladan dan penggerak prinsip-prinsip tersebut.
Segala kebijakan pemimpin haruslah mencerminkan seluruh anggota organisasi. Dengan demikian seluruh anggota korp harus tunduk dan setia pada pemimpin. Dalam menegakkan prinsip dan melaksanakan program, pimpinan harus memberi ganjaran dan sanksi pada anggota korp. Sebaliknya, anggota juga harus berani bersikap terbuka dan tegas pada pimpinan dan berani menegur dan meluruskan bila terjadi penyimpangan.


7.Kritik-otokritik
Untuk menjaga keberlangsungan organisasi serta memperlancar jalannya program, maka perlu adanya cara kerja organisasi. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kemandekan atau bahkan penyimpangan, maka dibutuhkan kontrol terhadap kinerja dalam bentuk kritik-otokritik (saling koreksi dan introspeksi diri). Kritik-otokritik ini bukan dilandasi semangat permusuhan tetapi dilandasi semangat persaudaraan dan rasa kasih sayang demi perbaikan dan kemajuan IPNU.

VI.JATI DIRI IPNU
1.Hakikat dan Fungsi IPNU
a.Hakikat
IPNU adalah wadap perjuangan pelajar NU untuk men-sosialisasikan komitmen nilai-nilai keislaman, kebangsaan, keilmuan, kekaderan, dan keterpelajaran dalam upaya penggalian dan pembinaan kemampuan yang dimiliki sumber daya anggota, yang senantiasa mengamalkan kerja nyata demi tegaknya ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
b.Fungsi
IPNU berfungsi sebagai :
1)Wadah berhimpun pelajar NU untuk mencetak kader akidah
2)Wadah berhimpun pelajar NU untuk mencetak kader ilmu
3)Wadah berhimpun pelajar NU untuk mencetak kader organisasi
Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran panggilan dan pembinaan (target kelompok) IPNU adalah setiap pelajar bangsa (siswa dan santri) yang syarat keanggotaannya sebagaimana diatur dalam PD/PRT.

2.Posisi IPNU
a.Intern (dalam lingkungan NU)
IPNU sebagai perangkat dan badan otonom NU secara kelembagaan memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan badan-badan otonom lainnya, yaitu memiliki tugas utama melaksanakan kebijakan NU, khususnya yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu. Masing-masing badan yang berdiri sendiri itu hanya dapat dibedakan dengan melihat kelompok yang menjadi sasaran dan bidang garapannya masing-masing.
b.Ekster (di luar lingkungan NU)
IPNU adalah bagian integral dari generasi muda Indonesia yang memiliki tanggungjawab terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara Republik Indonesia dan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya dan cita-cita perjuangan NU serta cita-cita bangsa Indonesia.

3.Orientasi IPNU
Orientasi IPNU berpijak pada kesemestaan organisasi dan anggotanya untuk senantiasa menempatkan gerakannya pada ranah keterpelajaran dengan kaidah “belajar, berjuang, dan bertaqwa,” yang bercorak dasar dengan wawasan kebangsaan, keislaman, keilmuan, kekaderan, dan keterpelajaran.
a.Wawasan kebangsaan
Wawasan kebangsaan ialah wawasan yang dijiwai oleh asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan, yang mengakui keberagaman masyarakat, budaya, yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, hakekat dan martabat manusia, yang memiliki tekad dan kepedulian terhadap nasib bangsa dan Negara berlandaskan prinsip keadilan, persamaan, dan demokrasi.
b.Wawasan keislaman
Wawasan keislaman adalah wawasan yang menempatkan ajaran agama islam sebagai sumber nilai dalam menunaikan segala tindakan dan kerja-kerja peradaban. Ajaran islam sebagai ajaran yang merahmati seluruh alam, mempunyai sifat memperbaiki dan menyempurnakan seluruh nilai-nilai kemanusiaan oleh karena itu, IPNU dalam bermasyarakat bersikap tawashut dan I’tidal, menjunjung tinggi prinsip keadilan dan keadilan di tengah tengah kehidupan masyarakat, bersikap membangun dan menghindari sikap tatharuf (eksterm, melaksanakan kehendak dengan menggunakan kekuasaan dan kedzaliman); tasamuh, toleran terhadap perbedaan pendapat, baik dalam masalah keagamaan, kemasyarakatan, maupun kebudayaan; tawazun, seimbang dan menjalin hubungan antara manusia dan Tuhannya, serta manusia dengan Lingkungannya; amar ma’ruf nahy munkar, memiliki kecenderungan untuk melaksanakan usaha perbaikan, serta mencegah terjadinya kerusakan harkat kemanusiaan dan kerusakan lingkungan, mandiri, bebas, terbuka, bertanggungjawab dalam berfikir, bersikap dan betindak.
c.Wawasan keilmuan
Wawasan keilmuan adalah wawasan yang menempatkan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan anggota dan kader. Sehingga ilmu pengetahuan memungkinkan anggota untuk mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya dan tidak menjadi beban sosial lingkungan. Dengan ilmu pengetahuan, akan memungkinkan mencetak kader mandiri, memiliki harga diri, dan kepercayaan diri sendiri dan dasar kesadaran yang wajar akan kemampuan dirinya dalam masyarakat sebagai anggota masyarakat yang berguna.
d.Wawasan kekaderan
Wawasan kekaderan ialah wawasan yang menempatkan organisasi sebagai wadah untuk membina anggota, agar menjadi kader-kader yang memiliki komitmen terhadap idiologi dan cita-cita perjuangan organisasi, bertanggungjawab dalam mengembangkan dan membentengi organisasi juga diharapkan dapat membentuk pribadi yang menghayati dan mengamalkan ajaran islam ala ahlussunnah wal jama’ah, memiliki wawasan kebangsaan yang luas dan utuh, memiliki komitmen terhadap ilmu pengetahuan, serta memiliki kemampuan teknis mengembangkan organisasi, kepemimpinan, kemandirian, dan populis.
e.Wawasan Keterpelajaran
Wawasan keterpelajaran ialah wawasan yang menempatkan organisasi dan anggota pada pemantapan diri sebagai center of excellence (pusat keutamaan) pemberdayaan sumberdaya manusia terdidik yang berilmu, berkeahlian, dan mempunyai pandangan ke depan, yang diikuti kejelasan tugas sucinya, sekaligus rencana yang cermat dan pelaksanaannya yang berpihak pada kebenaran.
Wawasan ini mensyaratkan watak organisasi dan anggotanya untuk senantiasa memiliki hasrat ingin tahu dan belajar terus menerus; mencintai masyarakat belajar; mempertajam kemampuan mengurai dan menyelidiki persoalan; kemampuan menyelaraskan berbagai pemikiran agar dapat membaca kenyataan yang sesungguhnya; terbuka menerima perubahan, pandangan dan cara-cara baru; menjunjung tinggi nilai, norma, kaidah dan tradisi serta sejarah keilmuan; dan berpandangan ke masa depan. Read more "PRINSIP PERJUANGAN IPNU (P2 IPNU)..."
 

Free Blog Templates

Powered By Blogger

Blog Tricks

Powered By Blogger

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger

Great Morning ©  Copyright by @rifin Design Blog | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks